Selasa, 07 Juni 2016

perbandingan 3 jurnal bio-informatika

Bioinformatika (bahasa Inggris: bioinformatics) adalah (ilmu yang mempelajari) penerapan teknik komputasional untuk mengelola dan menganalisis informasi biologis. Bidang ini mencakup penerapan metode-metode matematika, statistika, dan informatika untuk memecahkan masalah-masalah biologis, terutama dengan menggunakan sekuens DNA dan asam amino serta informasi yang berkaitan dengannya. Contoh topik utama bidang ini meliputi basis data untuk mengelola informasi biologis, penyejajaran sekuens (sequence alignment), prediksi struktur untuk meramalkan bentuk struktur protein maupun struktur sekunder RNA, analisis filogenetik, dan analisis ekspresi gen.

Jurnal 1 : SEGMENTASI PENYAKIT PADA CITRA DAUN TEBU MENGGUNAKAN FUZZY C MEANS – SUPPORT VECTOR MACHINE DENGAN FITUR WARNA a*

Pendahuluan
Penyakit yang menyerang tebu di Indonesia dapat menurunkan produktivitas. Penyebaran penyakit tebu menyebabkan dampak penurunan ekonomi yang kuat karena berdampak pada jumlah penurunan panen. Selain masalah umum tersebut penanganan penyakit tebu perlu segera dideteksi dan diatasi untuk mengurangi biaya penggunaan pestisida dan pencemaran lingkungan akibat obat penyakit tersebut . Penyakit pada tanaman tebu dapat diketahui dari bercak yang terdapat pada bagian daun. Bercak tersebut perlu dideteksi dengan menggunakan metode segmentasi.
Penelitian penyakit pada daun tebu dilakukan oleh Patil. Penyakit ini menjelaskan pengaruh jamur pada tebu menjadi penyakit yang jika tidak diatasi tepat waktu dapat menyebabkan kerugian. Penggunaan pestisida terlalu banyak dapat meningkatkan biaya dan polusi lingkungan. Hal ini dapat diperoleh dengan mengetahui daerah penyakit, dengan kuantitas kesesuaian dan konsentrasi pestisida dengan mengestimasi penyakit menggunakan teknik image processing. Metode thresholding sederhana dan triangle thresholding digunakan untuk melakukan segmentasi daerah daun dan daerah berpenyakit secara berturut-turut. Penyakit dikategorikan dengan perhitungan hasil bagi daerah penyakit dan area keseluruhan daun. Hasil akurasi pada penelitian ini adalah 98.60%. Penelitian ini mengindikasikan metode usulan penyakit daun dilakukan secara kuat, cepat dan akurat. Metode ini mengeliminasi cara tradisional yang subjektif dan rawan akan kesalahan manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk membangun sistem yang secara otomatis mampu melakukan segmentasi citra daun tebu berpenyakit dengan metode FCM-SVM. SVM mendapatkan inputan data training dari metode FCM, untuk kemudian dilajutkan dengan klasifikasi data testing. Pengujian kuantitatif metode segmentasi ini dilakukan dengan akurasi segmentasi. Dengan penggabungan metode FCM-SVM diharapkan daun tebu berpenyakit dapat disegmentasi dengan baik dan menunjukkan karakteristik penyakit dengan baik sehingga memudahkan proses lanjutan yaitu prediksi penyakit pada tanaman tebu.

Bahan dan Metode
·         pengolahan ini akan memilih bagian citra hanya pada bagian daun saja tanpa daerah sekitar yang bukan bagian dari daun.

·         Metode
A. Dataset
Penelitian ini menggunakan empat jenis penyakit yang ada pada daun tebu, yaitu yellow spot, rust spot, ring spot, dan eye spot. Penyakit yellow spot pada citra daun tebu disebabkan oleh salah satu jenis jamur yang disebut dengan mycovellosiella koepki. Yellow spot berakibat pada penurunan hasil panen dan kadar sukrosa tanaman tebu. Penyakit ini akan semakin menyebar dan merugikan dengan kondisi kelembapan dan curah hujan yang tinggi.Sindrom penyakit ini pada awalnya mempunyai diameter sepanjang 1-2 mm. Warna penyakit ini mulai dari kuning sampai dengan merah, selain itu pada bagian bawah daun terdapat kabur keabu-abuan.
B. Ekstraksi Fitur Warna
Fitur warna pada penilitian ini akan menggunakan warna dasar citra berdasarkan hasil pemotretan di lapangan yang dikonversi ke dalam channel L*a*b*. Ruang warna tersebut adalah RGB. Selanjutnya color space tersebut akan dikonversi menjadi color space CIELAB (L*a*b*). Channel L* mendefinisikan lightness, a* mendefinisikan nilai red/green, dan b* mendefinisikan nilai yellow/blue. Sumbu a* digambarkan dari arah kiri ke kanan.
Pergeseran ke arah positif menggambarkan pergeseran ke arah warna merah. Sedangkan sumbu b* yang digambarkan dari bawah ke atas. Pergeseran ke arah positif merupakan pergeseran ke warna kuning. Pusat diagram tersebut merupakan L* yang menunjukkan L=0 untuk daerah total penyerapan (bagian bawah), dan di daerah
sekitar tengah menunjukkan warna netral atau abu-abu. Perumusan untuk mendapatkan color space L*a*b* didapatkan pada persamaan (1). Dari nilai RGB terlebih dahulu dikonversi pada XYZ. Dimana X, Y dan Z nilai referensi warna putih untuk pencahayaan yang digunakan sesuai keputusan pengamat.
C. Fuzzy C-Means
FCM adalah salah satu jenis metode yang digunakan untuk membagi-bagi kelas suatu data secara tidak terawasi (unsupervised). Metode ini memperhitungkan tiap data pada klaster untuk berada sesuai derajat keanggotaannya. Metode ini diawali dengan penentuan pusat klaster, kemudian pusat klaster dan derajat keanggotaan tersebut akan diperbaharui setiap iterasi secara berulang. Proses perulangan ditentukan dengan meminimalkan fungsi objektif
yang merupakan penggambaran jarak dari posisi data yang diuji dengan pusat klaster yang sudah terboboti oleh derajat keanggotaan data uji.
D. Support Vector Machine
SVM merupakan sebuah teknik klasifikasi yang muncul pada tahun 1995. Banyak bidang yang telah mengimplementasikan metode ini seperti bidang ekonomi, cuaca, kedokteran, dll. SVM menemukan solusi secara global optimal dan solusi training yang sama jika dibandingkan dengan metode klasifikasi lain. Untuk melakukan proses klasifikasi menggunakan SVM, dibutuhkan suatu pemisah yang dapat dibagi menjadi dua macam. Pemisah tersebut dapat berupa fungsi linear ataupun non linear. Fungsi linear didefinisikan pada persamaan (6). Pada fungsi linier ditentukan pemisah (hyperplane) yang memisahkan dua macam objek saja. Hyperplane yang memisahkan dua objek tersebut mengalami solusi yang terbaik di saat posisi berada di tengah kedua objek.

Kesimpulan
Penggunaan fitur warna channel a dari colorspace L*a*b* membantu metode yang ada pada skenario penelitian ini melakukan segmentasi dengan baik dibandingkan dengan channel RGB, B, atau I. Penggunaan dua metode dalam segmentasi, yaitu metode klastering FCM dan metode klasifikasi SVM mampu melakukan segmentasi pada citra daun tebu berpenyakit dengan akurasi rata-rata 76%. Metode segmentasi FCM-SVM mampu mensegmentasi citra daun tebu berpenyakit dengan akurasi tertinggi pada sebagian besar data uji coba (15 citra pada total 30 citra). Segmentasi penyakit pada citra daun tebu menggunakan metode FCM-SVM mampu mengatasi terutama untuk jenis penyakit yang mempunyai proyeksi warna kekuningan atau kecoklatan di sekitar daerah penyakit.



Jurnal 2 : Ekstraksi Connected Component dan Transformasi Ruang Warna CIELAB Untuk Segmentasi Citra Penyakit Pada Daun Tanaman Jagung

Pendahuluan
Bagian daun yang terinfeksi oleh penyakit mampu dideteksi secara kasat mata, namun hal tersebut harus diuji di laboratorium. Penanganan untuk kegiatan di laboratorium dapat terbantu melalui bantuan secara bioinformatika pada ilmu visi komputer, sebuah daun harus mendapatkan perlakuan khusus supaya bagian daun yang terinfeksi penyakit mampu diketahui lokasinya dengan tepat. Segmentasi citra merupakan langkah yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Hal tersebut cukup beralasan karena segmentasi citra mampu mengidentifikasi piksel-piksel yang berbagi karakteristik visual tertentu secara khusus.
visi computer terutama pada lingkup penerapan segmentasi terhadap objek penyakit yang terdapat pada daun tumbuhan. Kontribusi untuk kegiatan penelitian ini adalah memberikan hasil segmentasi yang sesuai dengan perspektif mata manusia sehingga objek penyakit daun tanaman jagung yang tersegmentasi merupakan objek yang terdeteksi dengan baik dan tepat. Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah membangun tool untuk diagnosa penyakit pada daun jagung, segmentasi yang dilakukan dapat menjadi sebuah ekstensi bagi tool tersebut.

Bahan dan Metode
·         Metode Penelitian
a)      Akuisisi citra pada daun jagung  yang terinfeksi dengan kamera digital
b)      Proses pra-pengolahan untuk penyeragaman dimensi gambar
c)       Transformasi ke ruang warna CIELab untuk memperoleh chromatic warna dari objek penyakit
d)      binerisasi
e)      Proses pelabelan terhadap piksel

Kesimpulan
Pengambilan citra penyakit dengan menggunakan kamera, sering tidak berisi informasi karakteristik warna citra dari perangkat yang digunakan sehingga berdampak pada hasilnya dimana nilai piksel terlihat secara substansial berbeda dengan pada perangkat komputer. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, transformasi warna RGB ke ruang warna CIELab bersifat penting. Fitur biner merupakan bagian penting dilakukan untuk proses pemisahan antara foreground dan background dimana kondisi nilai piksel ‘0’ untuk background dan ‘1’ untuk foregraound hal ini tentunya memudahkan pengenalan terhadap objekobjek yang merupakan bagian dari foreground dengan melakukan pencarian (scanning) piksel menggunakan aturan 8 ketetanggan dan dilakukan pelabelan pada piksel yang saling berhubunga sehingga memudahkan indetifikasi region yang menjadi objek berdasarkan nilai area piksel terbesar. Untuk kegiatan selanjutnya, segmentasi dilakukan dengan pendekatan otomatis atau dengan kata lain tanpa melalui cropping dan pengelompokkan jenis penyakit pada daun tanaman jagung tersebut.



Jurnal 3 : IDENTIFIKASI PENYAKIT PADA DAUN TEBU DENGAN GRAY LEVEL CO-OCCURRENCE MATRIX DAN COLOR MOMENTS

Pendahuluan
Penelitian yang berkembang mengenai identifikasi penyakit tanaman tebu saat ini berkembang dalam bidang penginderaan jauh, sedangkan identifikasi penyakit tanaman melalui citra digital daun belum ada yang membahas mengenai penyakit pada daun tebu oleh karena itu penelitian ini membahas mengenai fitur yang tepat sehingga diharapkan cocok penyakit pada daun tebu.
Terdapat perbedaan tekstur antara daun normal, berpenyakit karat dan mosaik (Raid, 2006; Comstock, 2009) sehingga perlu adanya ekstraksi fitur tekstur. Penelitian ini memilih gray level co-occurrence matrix untuk fitur tekstur karena GLCM sebagai fitur untuk mengetahui tekstur daun pernah dipakai untuk deteksi spesies tanaman dan menghasilkan akurasi yang tinggi (Shabanzade, 2011), Kompleksitas tekstur citra sulit untuk didefiniskan dan dikuantifikasi, namun GLCM bisa dipakai untuk mengkuantifikasi dan membandingkan berbagai aspek tekstur citra (Honeycutt, 2008).
Penggunaan color moments untuk warna karena terdapat perbedaan warna pada daun normal dan berpenyakit (Raid, 2006) dan (Comstock, 2009). Color moments merupakan metode ekstraksi fitur yang efektif untuk analisis citra berdasarkan warna karena metode tersebut memiliki dimensi vektor fitur yang paling rendah dan juga kompleksitas komputasional yang paling rendah jika dibandingkan dengan metode lainnya seperti color histogram, color correlogram dan color structure descriptor (Patil, 2011). Beberapa penelitian untuk analisis penyakit tanaman melalui citra daun menghasilkan hasil salah satunya (Daoliang Li, 2010) pada klasifikasi serat kapas menggunakan nilai rata-rata dan standar deviasi RGB.

Bahan dan Metode
·         Tahap awal penelitian adalah pengumpulan data citra daun tebu berpenyakit dari survei lapangan.
·         pre-processing citra untuk dapat diolah pada tahap ekstraksi fitur
·         Citra yang ditangkap kamera berada dalam format RGB
·         ruang warna yang digunakan dalam penelitian ini diubah dari RGB ke La*b*
·         Pada tahap ekstraksi fitur, fitur tekstur diekstraksi dengan GLCM dan fitur warna diekstraksi dengan color moments.
·         Penelitian ini menggunakan metode support vector machine (SVM) karena SVM cocok untuk klasifikasi yang datanya sedikit (Li, 2010). Selain itu SVM memberikan hasil akurasi yang tinggi untuk analisis penyakit tanaman (Camargo, 2009b; Asraf, 2012). Pengujian dilakukan untuk mengetahui fitur yang kemunculannya perubahan dalam hasil klasifikasi.

Kesimpulan
Penghapusan fitur bentuk dapat memperbaiki akurasi untuk identifikasi penyakit daun tebu karena bentuk kurang dapat merepresentasikan pola penyakit pada daun tebu, sehingga fitur tekstur dan warna dapat diusulkan menjadi fitur yang merepresentasikan penyakit daun tebu. Pemilihan fitur GLCM untuk fitur tekstur yang berupa correlation, energy homogeneity dan variance menghasilkan akurasi yang baik yaitu 90,33 %. Pemilihan fitur color moments 1, 2 dan 3 untuk fitur warna lebih akurat dari fitur warna menggunakan grey level dan histogram frekuensi dengan akurasi 96 %.
Kombinasi fitur tekstur dengan GLCM correlation, energy, homogeneity, variance bersama fitur warna dengan color moments 1,2 dan 3 merupakan kombinasi fitur yang direkomendasikan untuk identifikasi penyakit pada daun tebu dan menghasilkan akurasi 97%. Penelitian ini menggunakan metode klasifikasi support vector machine (SVM) dengan kernel linear sehingga penelitian selanjutnya dapat meneliti metode klasifikasi yang lebih baik, misalnya dengan modifikasi kernel maupun penggunaan metode klasifikasi lain.


Perbandingan dari ketiga jurnal di atas adalah :

Ketiga jurnal membahas tentang bioinformatika dalam bidang pertanian. Jurnal pertama dan ketiga  membahas tentang bioinformatika tentang identifikasi penyakit pada daun tebu sedangkan pada jurnal kedua membahas tentang penyakit pada daun jagung. Objek penelitian ini difokuskan pada daun yang terdapat penyakit seperti bercak atau penyakit karat pada daun. Bahan pada ketiga jurnal itu berbeda jenisnya. Metode yang digunakan juga berbeda antara jurnal satu dengan yang lainnya, jurnal pertama menggunakan metode segmentasi FCM-SVM, jurnal kedua menggunakan metode traansformasi ruang warna, dan jurnal ketiga menggunakan metode Gray Level Co-occurrence Matrix (GLCM) dan Color Moments.


sumber : 

0 komentar:

Posting Komentar